La World

Selamat datang di La World... :D Kisah-kisah pinggiran saya uraikan dengan cara saya sendiri disini... ^^ Selamat menikmati... :3 Jangan lupa komentarnya ya... :D

Minggu, 31 Juli 2011

Fanfict Mini: Sebuah Kisah Yang Tak Terjamah Pemerintah 01

Note : Ini hanya karangan jika ada yang tersinggung saya mohon maaf sebanyak-banyaknya.. :3 Terima kasih...

'Pak, dapat uang?' tanya ibu.
'Maaf bu, hari ini gak ada yang beli.' bapak menghela nafas.
'Kota ini makin miskin ya, pak...' kata ibu sambil menatap langit.
'Iya,bu... Kota kita sekarang ini seperti.. Sampah.' kata bapak sambil melamunkannya.
Aku hanya bisa menatap mereka yang sedang mengingat masa lalu.




Bapak, ini hanya sepenggal kisah dari sebuah desa di pinggiran kota Jakarta yang sangat dipuja oleh bangsa Indonesia. Tapi, apa yang kita lihat belum tentu seperti yang kita rasakan. Kota gemerlap itu ternyata hanya ilusi semata. Yang tiada pernah nyata adanya.


Bapak, inikah negara kita sekarang? Tiada pernah kembali berjaya seperti dahulu kala. Tidak lagi ada kesetaraan seperti yang dijanjikan. Yang ada hanyalah penindasan yang tak tahu kapan ada akhirnya. Yang aku tahu, bahwa kota ini tak pernah ada yang namanya kebijakan dan kemakmuran.


Bapak, apa bapak tau? Kami bagaikan rakyat Bapak yang dibuang karena ketidakmampuan. Mungkin bahkan bagi bapak, kami itu tidak ada harganya. Tapi, pak kami juga warga bapak. Bukan hanya orang yang berada yang membutuhkan bapak. Tapi kami juga.


Bapak, bagi kami ini hidup di kota ini sangatlah sulit. Tidak seperti mereka, yang mempunyai banyak uang. Yang hidupnya jauh lebih dibandingkan kami. Kami itu hanya serangga bagi mereka.


Bapak, sejujurnya aku ingin bertanya. Inikah negara beragama yang kita semua puja? Kenapa negara agama kita yang banyak sekali peraturannya ini kalah telak dibanding negara atheis dan negara bebas lainya? Bapak, apakah hanya segini kemampuan Indonesia kita untuk berkembang?


Bapak, mungkin aku memang banyak bertanya... Tapi, apa Bapak pernah mendengarnya? Tidak Bapak, itulah yang aku tahu. Telinga Bapak sudah tertutup kemewahan duniawi, mata bapak sudah terhalang dengan keserakahan.


Bapak, pernahkah bapak mendengar tangisan negeri kita? Ratapan memilukan yang selalu Bapak anggap hanya ilusi belaka. Kami menangis dan meratap, berharap suatu saat sebuah kehidupan yang layak ada untuk kami. Kami adalah orang yang Bapak tinggalkan demi sebuah kepuasan semata. Hanya segelintir orang yang ikut merasakan kemewahan dan kesejahteraan yang Bapak janjikan.


Kami, orang tak mampu. Orang yang tak pernah tersentuh oleh tangan negara ini. Bapak banyak mencari alasan agar kamilah yang disalahkan. Bukan karena kami jauh dengan peradaban yang ada, tapi takdir memaksa kami tetap tinggal jauh dari kehidupan gemerlap yang hanya sementara itu.


Bapak, hidup gemerlap penuh dosa itu hanya sementara. Percuma Bapak terus menimbun harta yang takkan terbawa sampai dialam sana. Bapak, kami tetap meratap. Berdoa agar keadilan datang dan kami dapat hidup seperti mereka.


Bapak, takkah kau mendengar setiap kritik dan cemooh dari banyak orang tentang anda? Ataukah anda sudah tuli, untuk mendengar setiap kata-kata orang lain?


Kami, memang hanya orang pinggiran. Tapi kami juga pantas mendapat perlakuan selayak mereka manusia yang dekat dengan Bapak hanya karena harta. Kami LAYAK, Bapak! Kami butuh anda yang adalah wakil dari negara ini.








Terimakasih telah membaca sebuah karangan yang berdasarkan kenyataan ini. ^^
Saya harap tidak ada satupun yang merasa sakit hati karena karangan ini.

Saya hanya ingin mengkritik saja.
Kurang lebihnya saya minta maaf... :D
Silahkan tinggalkan komentar jika anda merasa postingan ini layak dikomentari.
Dan saya hanya ingin meminta pendapat, layakkah dilanjutkan atau tidak... :D


Terimakasih.
Salam.

Bonjour d'entre les morts
Chii, comme l'Ange de Mort



2 komentar: